- Segeralah/secepat-cepatnya menjauh dari lokasi tersebut dan cari ruang/area yang udaranya benar-benar bersih dari gas tersebut. Hiruplah oksigen bersih sebanyak-banyaknya.
- Bila Anda sudah terkontaminasi, jangan sekali-kali mengsap mata dengan tangan, tahan dulu, segeralah cari air bersih lalu basuh muka dengan air tersebut berkali-kali. Tapi ingat jangan diusap dengan tangan, gunakan saputangan/handuk, kalau tak ada gunakan pakaian Anda (sisi yang bersih) secara lembut dan perlahan-lahan sampai perihnya/pedasnya berkurang.
- Usahakan berada di ruang/area yang udaranya benar-benar bersih, sebab jika tidak percuma saja.
- Jika masih terasa, pergilah ke dokter untuk dinetralisir racunnya.
Senin, 19 Desember 2011
Jika Terkena Gas Air Mata
Diposting oleh ruangmenataplangit di 04.41 0 komentar
Label: bajak kota, tip terkena gas air mata
Selasa, 18 Oktober 2011
# Duduki Jakarta
Kami adalah bagian dari 99% rakyat yang menghendaki KESETARAAN, KEADILAN, KESEJAHTERAAN, KEMERDEKAAN dan semua kebaikan yang seharusnya menjadi hak kita. Kami mau mengajak kita semua, sebagai penduduk, sebagai bagian rakyat dunia, sebagai warga Indonesia, utamanya warga Jakarta, turut mendukung gerakan tersebut. Untuk menolak sistem yg menindas, menolak bentuk2 penjajahan, menolak penguasaan 1% elit beserta gerombolan perampoknya, menolak penindasan hak berekspresi dan berorientasi, dst.
Siapa kami?
Kami aktivis-aktivis atau manusia biasa pendukung gerakan pendudukan yg berkembang di dunia saat ini. Kami dari berbagai latar belakang organisasi atau belum dan tidak berorganisasi.
OCCUPY JAKARTA!
apapun jender kita,
para penganggur,
pekerja rumah tangga,
buruh bangunan,
buruh pabrik,
pelajar dan putus sekolah,
anak jalanan,
buruh migran,
supir transjakarta,
kondektur,
pedagang asongan,
pengemis,
pengamen lagu dan puisi,
seniman,
guru,
mahasiswa,
pegawai negri,
kaum minoritas,
ODHA,
difabel,
pegiat lsm,
aktifis,
pengarang,
pekerja lepas,
tukang galian,
ibu rumahtangga,
bapak rumahtangga,
penyiar,
reporter,
penyair,
tukang kebon,
satpam,
gelandangan,
pegawai menengah dan rendahan,
pemilik warung tegal,
warung padang,
warungnasi,
pemilik warung rokok dan kelontong,
pedagang buah dan sayuran,
kuli panggul,
buruh pelabuhan,
pilot,
pramugari,
pramusaji,
pramuniaga,
filmaker,
animator,
webmaster,
lgbt,
tukang jahit,
tukang sol sepatu,
tukang solder,
petugas pemeriksa meteran listrik,
pegiat lingkungan hidup,
sejarawan,
pengacara,
tukang ojek,
tukang tambal ban,
tukang las,
polisi swasta,
tukang parkir,
tukang servis komputer dan barang elektronik,
tukang gali sumber pompa air,
pegawai dan pemilik salon kecantikan,
dosen,
guru besar,
olahragawan,
peragawan-peragawati,
pemain dan kru film dan sinetron,
tukang cuci mobil dan motor,
tukang semir sepatu,
pengusaha kecil dan menengah,
tukang perahu tarik,
supir bajaj,
supir metromini,
supir bis,
supir pribadi,
supir angkot,
kaum rasta,
tukang servis hp,
penjual pulsa,
tukang rental komputer,
scriptwriter,
penulis,
editor,
tukang cuci dan setrika,
pedagang burung,
supir taksi,
montir,
pekerja seks,
pemuka agama,
pegawai bank,
arsitek,
desainer,
pedagang layangan,
penjual balon gas,
tukang odong-odong,
pemulung,
bakul jamu,
peneliti,
tukang pijat,
dokter,
dan seterusnya dan seterusnya… dan banyak lagi yang lainnuya
KITA ADALAH 99% – MELAWAN 1%
Penyebab masalah: kebijakan upah murah, perampasan upah, perampasan tanah, perampasan hak2 warga negara, pengkerdilan intelektual, perampasan otonomi tubuh perempuan, penindasan & kekerasan terhadap buruh, petani, miskin kota, biaya pendidikan yg mahal, membanjirnya produk2 mutu rendah dan menghancurkan pasar produk lokal (Free Trade yg tdk FAIR), kemiskinan yg akut, penguasaan 99% sumber2 daya alam oleh asing yang didukung negara, 99% perbankkan dikuasai asing, politik uang, korupsi oleh pejabat pemerintah, mafia peradilan, dll, dll, dll, dll.
Lengkapi daftar masalah-masalah ini.
Tunjukkan lebih banyak bukti.
Tambahi ketidaktahuan kami.
Tanpa kalian, kami belum menjadi 99%
DATANG DENGAN TUNTUTAN, NYANYIAN, TARIAN, NYALI DAN HARAPAN.
KITA HARUS BERDAULAT ATAS NASIB KITA SENDIRI.
JANGAN DIAM, LAWAN!
Dengan melawan kita tidak benar-benar kalah.
Daftar agenda:
1. Duduki BEJ: 19/10/11 Pukul 10:00, JL.JEND.SUDIRMAN KAV 52-53, Jakarta.
2. Duduki Freeport: 20/10/11 Pukul 12:00 di depan Kantor Freeport, Plaza 89, Kuningan, Jakarta.
3. Silahkan tambahkan…
4. Silahkan usulkan perubahan isi dan keterangan event ini bila kawan2 tidak setuju.
5. dll
Diposting oleh ruangmenataplangit di 10.43 0 komentar
Label: duduki jakarta, Occupy Jakarta
Senin, 05 September 2011
Aksi Bajak Kereta
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akibat aksi pembajakan kereta api Gajaya, masinis mulai dihinggapi kekhawatiran. Atas hal ini, PT KAI bakal mengawal masinis dengan aparat kepolisian.
"Dengan adanya insiden ini tentu sedikitnya menimbulkan trauma kepada masinis. Ke depan kita akan meminta agar ada pengamanan terhadap masinis juga di lokomotif," kata Humas PT KAI Sugeng Priyono kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (27/8/2011).
Ia mengemukakan, pengawalan akan dilakukan secara estafet. Pasalnya, selama ini kereta dan lokomotif tidak diberikan pengawalan. Petugas masinis hanya dilengkapi radio untuk berkomunikasi dengan pusat pengendali.
"Sementara ini di lokomotif memang tidak ada pengawalan. Lokomotif hanya diberikan radio," ujarnya.
Seperti diketahui, aksi koboi oknum TNI pagi tadi membuat geger masyarakat, khususnya pengguna kereta api. Kedepan PT KAI akan memberikan pengamanan ekstra baik kepada penumpang maupun masinisnya
sumber : tribun news
Laporan Wartawan Tribunnews.com Adi Suhendi
Diposting oleh ruangmenataplangit di 23.00 0 komentar
Label: bajak kota, bajak kreta
Anonymous Siap Bajak Kota Besar di Dunia
bajak kota | Teknologi
Seperti yang dikutip dari V3, Jumat (26/8/2011), aksi yang akan dilakukan oleh Anonymous pada tanggal 17 September tersebut disebut sebagai sebuah ‘aksi damai’.
Anonymous men-tweet dari akun @anonops dengan hashtag #Occupywallstreet yang ditujukan kepada para follower mereka untuk menyerang pusat-pusat keuangan di AS.
Kampanye S17 ini dimulai oleh organisasi antikonsumerisme Adbusters, yang mengkalim akan digerakkan secara internasional.
“Kota-kota yang direncanakan akan diduduki adalah New York, Madrid, Milan, London, Paris dan San Francisco. Dengan sedikit keberuntungan jumlah ini akan terus bertambah,” tulis pihak Adbuster di blog mereka.
“Jika kita semua dapat menggabungkan gerakan tanpa kekerasan serta strategi yang pintar, maka gerakan S17 dapat menjadi awalan dari revolusi global yang telah lama diidamkan,” tambahnya.
Kelompok Anonymous juga telah merilis sebuah video dan gambar agar para follower mereka tertarik untuk bergabung ddalam kampanye tersebut.
Gambar pria setengah telanjang tersebut yang dipasang Anonymous disebut mirip dengan juru bicara agensi Area Rapid Transport (Bart), yakni Linton Johnson.
“Jika Anda ingin menjadi orang yang menyebalkan di muka umum, maka saya yakin anda tidak ragu untuk menunjukkan kemaluan anda di muka umum. Betul tidak? #Bartlulz” tulis pihak Anonymous di bawah gambar tersebut.
sumber. internet
Diposting oleh ruangmenataplangit di 22.17 0 komentar
Rabu, 24 Agustus 2011
Docmart - Long March Dr Klaus Marten
Dr Klaus Marten adalah seorang dokter tentara Jerman di era perang dunia II. Pada tahun 1945, ia mengalami cedera kaki. Ia kemudian memodifikasi sepatu boot-nya dengan lapisan kulit dan bantalan udara yg empuk. Setelah perang berakhir, dengan bekal pengalaman ini, sang dokter mencoba menjual ide inovasinya. Ia mulai menjalankan sebuah perusahaan sepatu rumahan skala kecil di Jerman dengan bantuan seorang teman lamanya sewaktu kuliah.
DocMart Invasion: Dari London, menyeberang Eropa dan menduduki Dunia
Pada tahun 1960, sebuah perusahaan bernama Griggs Group membeli lisensi sepatu untuk dipasarkan di Inggris /UK. Perusahaan ini melakukan sedikit perbaikan dalam desainnya, membuat ciri khas berupa jahitan sol sepatu dengan benang warna kuning, dan melabeli sol dengan nama trade mark ‘Airwair’, lalu mulai memproduksi sepatu boot ini. Disinilah titik penting dalam sejarah sepatu sang dokter: Boot klasik Docmart-1490 untuk pertama kalinya menginjak pasar London.
Boot warna merah cherry yg desainnya nyaman dan praktis ini tenyata disukai oleh kalangan working class atau kelas pekerja. Banyak sekali buruh pabrik, tukang pos, bahkan petugas polisi memakainya saat bertugas. Image sebagai sepatu milik common-people pun terbentuk secara alami.
Dan sepertinya, image itulah yg kemudian merebut perhatian anak muda dari kalangan sub-kultur punk. Pada akhir tahun 60-an, sepatu sang dokter ini banyak digunakan oleh komunitas skinhead Inggris dan genk-genk di jalanan.... Mereka punya kebiasan aneh, yaitu menyemir boot merah Docmart dengan semir warna hitam sampai warnanya jadi merah gelap dan mengkilap seperti kelereng/ gundu.
Lalu pada tahun 70-an sepatu ini makin populer karena banyak artis Punk Rock, Ska, Psychobillies, Goths, Industrialis, hardcore, straight-edge, Glam, bahkan New Wave yg memakainya. Dengan bantuan musisi-musisi itu, long-march yg dilakukan Docmart dari kota London menyebar ke seluruh dataran Inggris dan Eropa, lalu ke menginvasi dunia.
Puncaknya di tahun 1990-an, sepatu Docmart berkembang menjadi trend yg menjangkiti semua orang, bukan hanya sub-kultur Punk saja. Ia menjadi industri besar. Alhasil, sebagian komunitas Skinhead sejati yg identik dengan spirit anti kemapanan dan anti kapitalisme mulai mempertanyakan brand sang dokter. Sebagian dari mereka mulai beralih ke merk pesaing Docmart, seperti Grinder, Ranger, Gripfast, dsb.
Tapi boot sang dokter terlanjur mencetak jejak solnya di wajah sejarah dunia. Docmart adalah sepatu yg menjadi legenda di dunia fashion anak muda.Ibaratnya ia seperti anthem yg pernah dinyanyikan oleh anak muda di seluruh dunia.. jauh sebelum era MTV yang kian usang, I-Tunes, Facebook,Youtube dan Myspace.
Diposting oleh ruangmenataplangit di 23.24 0 komentar
Label: bajak kota, boots, doc mart
Selasa, 23 Agustus 2011
Biang Keladi Kerusuhan dan Kehancuran Batavia
Warga Tionghoa, para kapitan, bersama pengusaha dan kuli merupakan inisiator utama yang menentukan perkembangan industri gula di Ommelanden itu. Pelopornya adalah Jan Con yang bisa memproduksi gula dalam jumlah besar. Meski akhirnya produksi gula Jan Con merosot akibat faktor alam atau pencurian.
Jan Con, begitu tertulis dalam Kesastraan Melayu Tionghoa dan Kebangsaan Indonesia Jilid 10, tidak sendiri. Kapitan China Poa Beng Gan/Phoa Bingham/Phoa Beng Gam juga memiliki perkebunan tebu yang luas di Tanahabang. Penggalian Binghamgracht atau kanal Molenvliet bertujuan, salah satunya, untuk menghubungkan kebun tebu di Tanahabang dengan Batavia.
Lim Keenqua, Kapitan Que Boqua, dan Kapitan Nie Hoe Kong adalah sederet warga Tionghoa lain yang punya pabrik gula. Nie Hoe Kong bahkan mewarisi 14 penggilingan gula milik ayahnya.
Tahun 1730-an, industri gula di Batavia mengalami masa suram karena harga gula di pasar internasional merosot. Buntutnya, pabrik gula di Ommelanden banyak yang tutup, ribuan buruh Tionghoa di-PHK. Timbul masalah sosial hingga terjadi pemberontakan sosial pada 1740 yang berakhir dengan pembunuhan massal warga Tionghoa oleh Belanda.
Kisah di Batavia itu berawal di tahun 1720-an ketika untung yang dipetik dari gula di daerah Ommelanden mulai melorot. Tanah perkebunan ini akhirnya kelelahan, di mana kayu bakar untuk tungku gula semakin berkurang. Intinya, budi daya ini ternyata berakhir dengan perusakan lingkungan di Ommelanden, membinasakan hutan, mencemari air, dan tanah daerah tropis karena pengelolaan yang sembarangan.
Leonard Blusse dalam Sejarah Bencana Ekologi: Kompeni Hindia Belanda dan Batavia (1619-1799) menyebutkan, daerah penghasil kayu kehilangan sebagain luas hutan untuk melindungi pabrik-pabrik gula yang memerlukan kayu bakar. Selain itu, pabrik-pabrik gula ini dibangun di dekat sungai sehingga mencemari air bersih yang mengalir ke Batavia.
Keresahan sosial dan kehancuran usaha pabrik gula di Batavia tahun 1740 itu sudah dimulai 1701 saat peneliti melakukan penelitian ke hulu sungai-sungai di Ommelanden karena terjadi pencemaran air ke seluruh kota dua tahun setelah Gunung Salak meletus. Mereka melihat bahwa hutan dari hulu Sungai Ciliwung sampai hilir di perkebunan tebu milik Cornelis Chastelein telah ludes ditebang.
Volume air Sungai Ciliwung yang mengalir ke Batavia juga menurun akibat banyaknya aliran air yang dibelokkan untuk irigasi. Kerusakan alam inilah yang mengakibatkan kondisi Batavia menjadi tidak sehat, kotor, dan jadi sarang penyakit. Di tahun 1808, Daendels pun akhirnya memindahkan pusat kota Batavia ke Weltevreden.
WARTA KOTA Pradaningrum Mijarto
Diposting oleh ruangmenataplangit di 11.12 0 komentar
Label: bajak kota, Biang Keladi Kerusuhan dan Kehancuran Batavia
Bandit Terorganisasi di Banten sejak Abad Ke-19
WARTA KOTA Pradaningrum Mijarto
Diposting oleh ruangmenataplangit di 11.09 0 komentar
Label: bajak kota, Bandit Terorganisasi di Banten sejak Abad Ke-19
Dari Vrijman Menjadi Preman
Intinya, kata preman punya arti orang merdeka, bebas, dan sangat terkait dengan prajurit dan polisi yang tidak memakai seragam, demikian ditulis Jerome Tadie dalam Wilayah Kekerasan di Jakarta.
Istilah preman dengan konotasi kriminal baru muncul pada akhir tahun 1970, yaitu dalam serial Ali Topan, Detektip Partikelir. Tadie, berdasarkan beberapa literatur dan ulasan media pada akhir 1970 dan awal 1980, menuliskan, organisasi Preman Sadar—organisasi keamanan—dibentuk dengan hanya merekrut preman dan mantan narapidana.
Media pun makin bikin beken kata preman dan jadi hal yang biasa disebut dengan arti yang jauh dari arti sebenarnya. Karena preman kemudian bermakna penjahat, bandit, tukang palak, jambret, berandalan, gali, bahkan sampai ke pengamen jalanan yang lagaknya memeras penumpang di bus pun sering kali ditunjuk sebagai preman.
Pokoknya orang jahat; orang yang meminta uang tanpa kerja; orang yang menawarkan keamanan meski hanya ongkang-ongkang kaki, yang penting uang masuk kantong; orang yang meneror pihak lain. Preman tak lagi berarti prajurit dan polisi yang berpakaian sipil. Padahal, kenapa tidak kita sebut saja mereka bandit, tukang palak, berandalan.
Lebih pantas karena intinya melawan hukum demi kepentingan diri dan kelompoknya. Sementara preman atau vrijman memang bukan kata yang merujuk pada kejahatan.
Menarik jika melihat jauh ke belakang, persoalan jagoan, jawara, bandit sudah ada sejak abad silam. Beberapa waktu lalu Warta Kota membahas tentang jagoan atau bandit pada masa kolonial. Jagoan jika dilihat dari warga setempat, bandit di mata pemerintah kolonial, contohnya si Pitung.
Meski dalam penelitian Henk Schulte Nordholt dan Margreet van Till berjudul Colonial Criminals in Java 1870-1910 yang terangkum dalam buku tulisan Vicente L Rafael dan Rudolf Mrazek, yaitu Figures of Criminality in Indonesia, Philippines, and Colonial Vietnam, mereka menyatakan perlakuan para bandit atau jawara yang sering kali disamakan dengan Robin Hood dinilai kurang tepat pada beberapa bandit/jawara itu.
Koran Bataviaasch Nieuwsblad pada abad ke-19 menurunkan tulisan berseri berjudul Onze Mafia (Our Mafia). Koran ini fokus pada kisah Si Gantang, penjahat yang dijatuhi hukuman mati tetapi berhasil lolos setelah enam tahun dipenjara.
Si Gantang berhasil memperolok polisi kolonial sehingga sulit ditangkap. Ia bahkan membangun kekuatan sendiri, mengutip pajak dan menuntut jasa penduduk lokal. Intinya, gerombolan Si Gantang ini berlagak seperti penguasa dengan janji, penduduk akan aman dari ancaman pencuri. Padahal, mereka sendirilah bandit yang mengambil hak milik para petani dan merampok rumah warga Tionghoa dan Eropa.
Kasus seperti Si Gantang, dengan tegas ditulis Nordholt dan Van Till sebagai tak ada kesamaan dengan Robin Hood.
Dari penggambaran itu, kisah Si Gantang sangat relevan dengan kisah "preman" atau saya lebih suka menyebut bandit di abad ke-21. Atas nama hukum, keamanan, dan ketertiban, mereka berlaku semaunya. Intinya, hanya memalak, meminta uang tanpa susah payah kerja. Modalnya, menekan, menakut-nakuti, dan meneror.
Sebuah tindakan pengecut, sejatinya. Alhasil kawasan yang menurut sesumbar mereka dijaga dan diawasi oleh mereka malah makin semrawut. Banyak pihak ogah berurusan dengan kawasan-kawasan tersebut. Di Jakarta ini ada banyak titik yang dikuasai para bandit. Namun, sepertinya aparat sulit menumpas.
Perihal sulit menumpas, ada sejarahnya pula, yang bisa jadi benang merah. Si bandit berkolaborasi dengan aparat. Si Gantang dan gengnya punya hubungan spesial dengan penguasa pribumi seperti Demang Bekasi yang ia suap dalam rangka melepaskan rekan sesama pencuri.
Menurut penelitian itu, disebutkan pula, Si Gantang punya kaki tangan orang Eropa yang menyediakan informasi dan senjata. Tentu karena suap besar yang mereka bayarkan. Kuasa uang, luar biasa, bukan?
WARTA KOTA Pradaningrum Mijarto
Diposting oleh ruangmenataplangit di 11.07 0 komentar
Senin, 22 Agustus 2011
Metallica Live in Jakarta - The Story
NOWHERE ELSE TO ROAM
Lima belas tahun lalu, James Hetfield dkk sempat konser di stadion Lebak Bulus Jakarta selama dua hari, 10 - 11 April 1993, dalam rangkaian tour Metallica ; Nowhere Else To Roam. Supergroup ini datang di waktu yang tepat. Sebab Metallica lagi jaya-jayanya paska 'album hitam' itu. Masyarakat musik Indonesia juga lagi panas-panasnya mengapresiasi rock/metal.
Pertunjukan itu akhirnya benar-benar menjadi sejarah, dalam kontotasi yang positif maupun negatif. Puluhan ribu crowd bersenang-senang di dalam arena. Sementara di luar stadion timbul kerusuhan dan amuk massa. Sejak itu pemerintah mulai trauma pada band rock dan melarang segala jenis pertunjukan musik keras. Sebuah pengalaman terbaik dan terburuk bagi dunia showbiz tanah air...
Cikibawawaw ; Total War Zone
Metallica, di Stadion Lebak Bulus, hari pertama tanggal 10 April 1993 [kok ingat?! soalnya masih nyimpen tiketnya, hehe]. Berbekal pengalaman konser pertama, saya sebenarnya sudah mengira soal kemungkinan rusuhnya konser ini. Walaupun konser pemanasan sebelumnya, Sepultura, nggak terlalu rusuh menurut berita-berita yang saya baca atau dengar. Tapi gila aja Metallica, dewanya speed/thrash metal, masak nggak nonton? Setelah nabung uang jajan selama beberapa minggu hasil puasa beli kaset di Duta Suara - dulu setiap Rabu pasti saya beli kaset ke Duta Suara, hasil nggak jajan seminggu di sekolah - akhirnya bisa beli juga tiketnya. Kelas satu, karena VIP kemahalan dan festival nggak kepikiran, hehe. Rp.75.000, mahal untuk ukuran tahun segituan, plus bonus kaset Dialog-nya Setiawan Djody [yang langsung saya tiban untuk ngerekam lagu-lagu dari Prambors].
Di-drop di Lebak Bulus, oleh bapaknya Tjun-Tjun, kakak kelas saya dulu di SMA, dan mulailah berjalan kaki dari perempatan Lebak Bulus menuju stadion yang masih rada baru itu. Ternyata baru saja ngantri masuk stadion, ketika sedang berusaha melewati pos terakhir dari berlapis-lapis pos pemeriksaan polisi dan keamanan, tiba-tiba di belakang saya dekat warung depan stadion, para fans yang nggak punya uang itu mulai rusuh. Memaksa masuk, mulai melepar-lempar batu yang dibalas oleh orang-orang yang sedang mengantre jauh di belakang saya. Jadi mulailah kita bergegas masuk. Di dalam beberapa menit Rotor, band pembuka, tiba-tiba di giant screen terlihat api mulai menjalar dari luar sana. Melahap warung tadi beserta tiang listrik dan telepon di dekatnya. Belum lagi gedoran-gedoran dari luar untuk memaksa masuk...
Di dalam?! Siapa bilang nggak rusuh. Kalau festival yah sudahlah, nggak mungkin nggak rusuh, tapi kelas satu?!... Jangan salah, sama saja. Botol-botol beterbangan. Saya yang ber-headbang ria saja sempat tertimpuk botol air mineral. Tapi ini juga konser terlucu yang pernah saya lihat. Karena kelas satu letaknya duduk di tribun jadi kita bisa lihat bagaimana penonton tanpa karcis berebutan masuk ketika pintu stadion dibuka. Seperti semut berlari mengejar gula. Dan lucunya, seperti layaknya konser-konser lainnya, ketika Metallica pura-pura undur diri, para 'penonton tambahan' itu berlomba-lomba bergegas keluar stadion. Ketika tiba-tiba terdengar intro lagu One, mereka sontak balik badan dan langsung bergegas masuk kembali ke dalam...
Pulangnya, total war zone. Asap di mana-mana. Polisi sibuk menyabet penonton dengan rotan. Bau bensin di mana-mana, sirene di mana-mana. Palang Merah Indonesia sibuk merawat korban-korban rusuh di luar sana. Nggak ada kendaraan yang berani lewat sana. Yang parkir di sana?! Erg, nggak berani jamin mobilnya masih mulus. Kita terpaksa jalan kaki ke Bona Indah untuk mengambil mobil teman saya, yang bertemu di dalam arena. Ternyata besok paginya saya baru tahu kalau konser ini brutal sekali. Sampai-sampai showroom mobil Suzuki di Pondok Indah ludes dibakar massa. Pantesan orang tua panik mencari saya esok harinya...
Vivid95 ; Sabtu Nonton Kerusuhan, Minggu Nonton Konser.
Gue salah satu saksi hidup saat mereka ke sini, April 1993. Saat itu gue masih SMA kelas satu. Konser dibuat dua hari, yakni Sabtu dan Minggu. Konser di Jakarta adalah rangkaian tour mereka yang fenomenal Nowhere Else to Roam yang digelar selama tiga tahun [1991-1993]. Tiket yang gue punya yaitu tiket hari Minggu-nya, tapi tetep nekat dateng pas Sabtu. Pengalaman nonton konser Sepultura tahun 1991, pengawasan di pintu masuk gak terlalu ketat asal nyogok penjaga dengan uang 10.000 - 20.000 dijamin bisa masuk [payah bgt ya?!]. Ini yang jadi salah satu pemicu kericuhan di luar stadion saat itu. Hal lain adalah arogansi-nya Satpol PP [Pemuda Pancasila] yang di jaman Orba terkenal 'preman'-nya. Mentang-mentang sama ABRI jaga konser, mereka seenaknya aja mukul-mukulin orang.
Kronologisnya, bis yang ditumpangin sama anggota Metallica nyasar masuk pintu utama, di mana di situ sudah kumpul ratusan bahkan ribuan fans. Alhasil digedor-gedorlah bis itu, bahkan sampai ada yang naik ke atasnya. Untuk menjaga ketertiban, ABRI maupun satpol PP bertindak over-reacting. Alhasil fans asli maupun gadungan kocar-kacir. Setelah itu gue merasa bakal ada yang gak beres, so mending balik. The rest of story ; kerusuhan...
Esoknya hari Minggu, gue datang sendirian. Di sekitar stadion Lebak Bulus sudah banyak tentara. Akibat kerusuhan kemarin, satu kilometer dari stadion di-sweeping. Hanya penonton yang punya tiket aja yang boleh masuk, termasuk gue.
Penontonnya gak terlalu banyak kalau dibanding sama Sepultura. Dari enam bulan sebelumnya udah ngarep-ngarep Metallica, akhirnya kesampaian juga nonton live-nya. Konser dibuka sama grup Rotor. Gak terlalu heboh sih, soalnya emang gak terlalu enak lagu-lagunya. Aliran musiknya lebih keras dari Metallica. Komposisi lagu yang mereka bawain gak terlalu bisa dinikmatin, penonton pun cuma bengong-bengong saja.
Rada lama nunggu, trus ada MC Mi'ing Bagito bikin penonton pada ketawa. Setelah itu diperdengarkan salah satu lagu dari albumnya Setiawan Djody. Hanya jeda beberapa menit, ini yang ditunggu-tunggu. Ecstasy of Gold, intro wajib di setiap konser Metallica sejak 1986 mulai terdengar. Bisa ditebak penonton langsung histeris. Konser dibuka dengan Creeping Death, disusul Harvester of Sorrow dan [Welcome Home] Sanitarium. Wah, gue lupa setlist-nya. Keasyikan headbang dan moshing. Yang jelas, konser ditutup sama lagu One dan Enter Sandman. Oya, Jason Newsted berkepala plontos saat itu. Sedangkan James Hetfield tetep dengan kumis sangarnya.
Wah kalo inget pas pertama kali nonton Metallica sih, campur aduk deh perasaan, mostly happy berat. Gak dinyana, setelah sepuluh tahun, gue nonton Metallica lagi di Cologne [2003] dan Gelsenkirchen Germany [2004]...
Jati ; Masih Sangat Kecil Untuk Menonton Konser Metal
Empat belas tahun yang lalu, Metallica mengguncang Jakarta. Kuartet speed metal dari USA ini menggelar konser dua malam berturut-turut. Pentas tersebut adalah bagian dari rangkaian World Tour bertitel Nowhere Else To Roam. Kesuksesan mendatangkan para Phantom Lord ini tak lepas dari upaya promotor Setiawan Djody.
Bertindak sebagai band pembuka adalah dedengkot gerakan metal bawahtanah lokal, Rotor. Ada dua versi mengenai penampilan mereka dua malam itu. Versi pertama, tidak seperti Edane yang sukses mengiringi aksi Igor Cavalera cs., Rotor gagal mengesankan penonton. Belum lama beraksi mereka sudah disuruh turun oleh massa. Padahal jatah mereka cuma lima lagu doang. Crowd memang sudah tidak sabar lagi untuk ber-headbanging dengan Jason Newsted dkk. Versi kedua memberi penilaian 'not bad'. Terbukti berbekal curriculum vitae sebagai pembuka konser Metallica, Irvan Sembiring dkk lalu bisa mendapat kontrak major label pertamanya. Ah sudahlah.
Penampil utama malam itu, menurut kesaksian para 'veteran', bermain dengan intensitas energi yang maksimal. Since susah banget nyari arsip dokumentasi event akbar ini, tidak bisa dijelaskan detail peristiwa sebenarnya. Satu yang pasti, Jason bikin pangling dengan rambut cepaknya. Ia personel pertama dari supergrup 'metal & vodka' ini yang mencukur pendek long hair-nya, beberapa tahun sebelum tiga anggota lainnya melakukan hal yang sama. Menurut majalah HAI - waktu itu this magz really rocks, nggak kayak sekarang, cemen - konser tersebut nggak ada matinya. Kalau reportase itu yang jadi pegangan, bisa direka-reka sendirilah situasinya. Perpaduan live on stage empat 'pengendara petir' ini jelas dahsyat ; penabuh drum hiperaktif Lars, James yang kharismatik, si lincah nan garang tapi melodius Kirk, plus our friend of misery Mr. Newsted. Singkat kata, atmosfer Lebak Bulus dua malam itu benar-benar cadas. Pol-polan.
Sihir The Four Horsemen di atas panggung ternyata juga sampai membius mereka yang berada di luar arena. Tapi sayangnya dalam konteks negatif. Heboh dan tertib di dalam tapi rusuh di luar. Di area sekitar stadion Lebak Bulus, sejumlah mobil dibakar dan beberapa fasilitas umum dirusak para metal militia yang kecewa berat karena kehabisan tiket dan tidak bisa masuk. Akibat riot act itu keluar keputusan fatal ; pemerintah melarang setiap konser dari grup rock mancanegara untuk waktu yang tidak ditentukan. Solusi yang tidak menyelesaikan masalah dan cenderung represif. Ibarat membalas lemparan telur busuk dengan tomat yang busuk pula. Kerusuhan itu terjadi tentu bukan karena musisinya, tapi jelas lebih karena anarkisme massa yang belum dewasa. Tapi apa sih yang tidak dilarang di jaman orde baru?!
Teringat cerita seorang kawan yang kakaknya menjadi saksi hidup pentas si raja metal ini. Penonton yang berjumlah total 44 ribu orang, hampir sepanjang konser berayun kepala serta koor bareng tanpa harus dikomando sebelumnya. Sampai merinding membayangkannya...
Now I lay me down to sleep
pray the lord my soul to keep
if I die before I wake
pray the lord my soul to take
Hush little baby don't say a word
and never mind that noise you heard
It's just the beasts under your bed
in your closet, in your head
Exit... liight
enteer... niiight...
Sampai sekarang saya masih menyesali kenapa saya masih sangat kecil untuk menonton sebuah konser metal - dan venue-nya jauh dari rumah pula - ketika itu.
Sebenarnya beberapa tahun lalu Metallica sempat menjadwalkan konser di tanah air. Tapi batal gara-gara pemerintah AS memberlakukan travel warning buat warganya yang ingin ke Indonesia. Lagi-lagi saya hanya bisa mengutuk sang biang kerok, para pelaku pengeboman di Bali dan Kuningan itu.
Pengen banget mendengar langsung sapaan khas sang frontman, "Are you still alive?"
Hell yeah, sure! How 'bout yourself, dare to blow my country again?!?!...
[various-metalikatz]
Foto dok Yuda96, Farry, Jati & Netz.
Sebenarnya agak susah mencari arsip dan dokumentasi tentang konser ini. Beruntung kami dibantu oleh mister Gugel akhirnya bisa menemukan beberapa tulisan dan foto yang tercecer di sejumlah blog pribadi. Thanks & long live the bloggers!...
Kerusuhan konser Metallica bisa disimak pada trailer film dokumenter 'Global Metal' karya Sam Dunn - lengkap dengan kobaran api yang menyala hebat dari mobil-mobil dan bangunan yang berada di luar stadion Lebak Bulus Jakarta!..
Diposting oleh ruangmenataplangit di 23.27 0 komentar
Label: bajak kota, metalica, Metallica Live in Jakarta - The Story