Senin, 22 Agustus 2011

Metallica Live in Jakarta - The Story



NOWHERE ELSE TO ROAM

Lima belas tahun lalu, James Hetfield dkk sempat konser di stadion Lebak Bulus Jakarta selama dua hari, 10 - 11 April 1993, dalam rangkaian tour Metallica ; Nowhere Else To Roam. Supergroup ini datang di waktu yang tepat. Sebab Metallica lagi jaya-jayanya paska 'album hitam' itu. Masyarakat musik Indonesia juga lagi panas-panasnya mengapresiasi rock/metal.

Pertunjukan itu akhirnya benar-benar menjadi sejarah, dalam kontotasi yang positif maupun negatif. Puluhan ribu crowd bersenang-senang di dalam arena. Sementara di luar stadion timbul kerusuhan dan amuk massa. Sejak itu pemerintah mulai trauma pada band rock dan melarang segala jenis pertunjukan musik keras. Sebuah pengalaman terbaik dan terburuk bagi dunia showbiz tanah air...

Cikibawawaw ; Total War Zone

Metallica, di Stadion Lebak Bulus, hari pertama tanggal 10 April 1993 [kok ingat?! soalnya masih nyimpen tiketnya, hehe]. Berbekal pengalaman konser pertama, saya sebenarnya sudah mengira soal kemungkinan rusuhnya konser ini. Walaupun konser pemanasan sebelumnya, Sepultura, nggak terlalu rusuh menurut berita-berita yang saya baca atau dengar. Tapi gila aja Metallica, dewanya speed/thrash metal, masak nggak nonton? Setelah nabung uang jajan selama beberapa minggu hasil puasa beli kaset di Duta Suara - dulu setiap Rabu pasti saya beli kaset ke Duta Suara, hasil nggak jajan seminggu di sekolah - akhirnya bisa beli juga tiketnya. Kelas satu, karena VIP kemahalan dan festival nggak kepikiran, hehe. Rp.75.000, mahal untuk ukuran tahun segituan, plus bonus kaset Dialog-nya Setiawan Djody [yang langsung saya tiban untuk ngerekam lagu-lagu dari Prambors].

Di-drop di Lebak Bulus, oleh bapaknya Tjun-Tjun, kakak kelas saya dulu di SMA, dan mulailah berjalan kaki dari perempatan Lebak Bulus menuju stadion yang masih rada baru itu. Ternyata baru saja ngantri masuk stadion, ketika sedang berusaha melewati pos terakhir dari berlapis-lapis pos pemeriksaan polisi dan keamanan, tiba-tiba di belakang saya dekat warung depan stadion, para fans yang nggak punya uang itu mulai rusuh. Memaksa masuk, mulai melepar-lempar batu yang dibalas oleh orang-orang yang sedang mengantre jauh di belakang saya. Jadi mulailah kita bergegas masuk. Di dalam beberapa menit Rotor, band pembuka, tiba-tiba di giant screen terlihat api mulai menjalar dari luar sana. Melahap warung tadi beserta tiang listrik dan telepon di dekatnya. Belum lagi gedoran-gedoran dari luar untuk memaksa masuk...

Di dalam?! Siapa bilang nggak rusuh. Kalau festival yah sudahlah, nggak mungkin nggak rusuh, tapi kelas satu?!... Jangan salah, sama saja. Botol-botol beterbangan. Saya yang ber-headbang ria saja sempat tertimpuk botol air mineral. Tapi ini juga konser terlucu yang pernah saya lihat. Karena kelas satu letaknya duduk di tribun jadi kita bisa lihat bagaimana penonton tanpa karcis berebutan masuk ketika pintu stadion dibuka. Seperti semut berlari mengejar gula. Dan lucunya, seperti layaknya konser-konser lainnya, ketika Metallica pura-pura undur diri, para 'penonton tambahan' itu berlomba-lomba bergegas keluar stadion. Ketika tiba-tiba terdengar intro lagu One, mereka sontak balik badan dan langsung bergegas masuk kembali ke dalam...

Pulangnya, total war zone. Asap di mana-mana. Polisi sibuk menyabet penonton dengan rotan. Bau bensin di mana-mana, sirene di mana-mana. Palang Merah Indonesia sibuk merawat korban-korban rusuh di luar sana. Nggak ada kendaraan yang berani lewat sana. Yang parkir di sana?! Erg, nggak berani jamin mobilnya masih mulus. Kita terpaksa jalan kaki ke Bona Indah untuk mengambil mobil teman saya, yang bertemu di dalam arena. Ternyata besok paginya saya baru tahu kalau konser ini brutal sekali. Sampai-sampai showroom mobil Suzuki di Pondok Indah ludes dibakar massa. Pantesan orang tua panik mencari saya esok harinya...

Vivid95 ; Sabtu Nonton Kerusuhan, Minggu Nonton Konser.

Gue salah satu saksi hidup saat mereka ke sini, April 1993. Saat itu gue masih SMA kelas satu. Konser dibuat dua hari, yakni Sabtu dan Minggu. Konser di Jakarta adalah rangkaian tour mereka yang fenomenal Nowhere Else to Roam yang digelar selama tiga tahun [1991-1993]. Tiket yang gue punya yaitu tiket hari Minggu-nya, tapi tetep nekat dateng pas Sabtu. Pengalaman nonton konser Sepultura tahun 1991, pengawasan di pintu masuk gak terlalu ketat asal nyogok penjaga dengan uang 10.000 - 20.000 dijamin bisa masuk [payah bgt ya?!]. Ini yang jadi salah satu pemicu kericuhan di luar stadion saat itu. Hal lain adalah arogansi-nya Satpol PP [Pemuda Pancasila] yang di jaman Orba terkenal 'preman'-nya. Mentang-mentang sama ABRI jaga konser, mereka seenaknya aja mukul-mukulin orang.

Kronologisnya, bis yang ditumpangin sama anggota Metallica nyasar masuk pintu utama, di mana di situ sudah kumpul ratusan bahkan ribuan fans. Alhasil digedor-gedorlah bis itu, bahkan sampai ada yang naik ke atasnya. Untuk menjaga ketertiban, ABRI maupun satpol PP bertindak over-reacting. Alhasil fans asli maupun gadungan kocar-kacir. Setelah itu gue merasa bakal ada yang gak beres, so mending balik. The rest of story ; kerusuhan...

Esoknya hari Minggu, gue datang sendirian. Di sekitar stadion Lebak Bulus sudah banyak tentara. Akibat kerusuhan kemarin, satu kilometer dari stadion di-sweeping. Hanya penonton yang punya tiket aja yang boleh masuk, termasuk gue.

Penontonnya gak terlalu banyak kalau dibanding sama Sepultura. Dari enam bulan sebelumnya udah ngarep-ngarep Metallica, akhirnya kesampaian juga nonton live-nya. Konser dibuka sama grup Rotor. Gak terlalu heboh sih, soalnya emang gak terlalu enak lagu-lagunya. Aliran musiknya lebih keras dari Metallica. Komposisi lagu yang mereka bawain gak terlalu bisa dinikmatin, penonton pun cuma bengong-bengong saja.

Rada lama nunggu, trus ada MC Mi'ing Bagito bikin penonton pada ketawa. Setelah itu diperdengarkan salah satu lagu dari albumnya Setiawan Djody. Hanya jeda beberapa menit, ini yang ditunggu-tunggu. Ecstasy of Gold, intro wajib di setiap konser Metallica sejak 1986 mulai terdengar. Bisa ditebak penonton langsung histeris. Konser dibuka dengan Creeping Death, disusul Harvester of Sorrow dan [Welcome Home] Sanitarium. Wah, gue lupa setlist-nya. Keasyikan headbang dan moshing. Yang jelas, konser ditutup sama lagu One dan Enter Sandman. Oya, Jason Newsted berkepala plontos saat itu. Sedangkan James Hetfield tetep dengan kumis sangarnya.

Wah kalo inget pas pertama kali nonton Metallica sih, campur aduk deh perasaan, mostly happy berat. Gak dinyana, setelah sepuluh tahun, gue nonton Metallica lagi di Cologne [2003] dan Gelsenkirchen Germany [2004]...

Jati ; Masih Sangat Kecil Untuk Menonton Konser Metal

Empat belas tahun yang lalu, Metallica mengguncang Jakarta. Kuartet speed metal dari USA ini menggelar konser dua malam berturut-turut. Pentas tersebut adalah bagian dari rangkaian World Tour bertitel Nowhere Else To Roam. Kesuksesan mendatangkan para Phantom Lord ini tak lepas dari upaya promotor Setiawan Djody.

Bertindak sebagai band pembuka adalah dedengkot gerakan metal bawahtanah lokal, Rotor. Ada dua versi mengenai penampilan mereka dua malam itu. Versi pertama, tidak seperti Edane yang sukses mengiringi aksi Igor Cavalera cs., Rotor gagal mengesankan penonton. Belum lama beraksi mereka sudah disuruh turun oleh massa. Padahal jatah mereka cuma lima lagu doang. Crowd memang sudah tidak sabar lagi untuk ber-headbanging dengan Jason Newsted dkk. Versi kedua memberi penilaian 'not bad'. Terbukti berbekal curriculum vitae sebagai pembuka konser Metallica, Irvan Sembiring dkk lalu bisa mendapat kontrak major label pertamanya. Ah sudahlah.

Penampil utama malam itu, menurut kesaksian para 'veteran', bermain dengan intensitas energi yang maksimal. Since susah banget nyari arsip dokumentasi event akbar ini, tidak bisa dijelaskan detail peristiwa sebenarnya. Satu yang pasti, Jason bikin pangling dengan rambut cepaknya. Ia personel pertama dari supergrup 'metal & vodka' ini yang mencukur pendek long hair-nya, beberapa tahun sebelum tiga anggota lainnya melakukan hal yang sama. Menurut majalah HAI - waktu itu this magz really rocks, nggak kayak sekarang, cemen - konser tersebut nggak ada matinya. Kalau reportase itu yang jadi pegangan, bisa direka-reka sendirilah situasinya. Perpaduan live on stage empat 'pengendara petir' ini jelas dahsyat ; penabuh drum hiperaktif Lars, James yang kharismatik, si lincah nan garang tapi melodius Kirk, plus our friend of misery Mr. Newsted. Singkat kata, atmosfer Lebak Bulus dua malam itu benar-benar cadas. Pol-polan.

Sihir The Four Horsemen di atas panggung ternyata juga sampai membius mereka yang berada di luar arena. Tapi sayangnya dalam konteks negatif. Heboh dan tertib di dalam tapi rusuh di luar. Di area sekitar stadion Lebak Bulus, sejumlah mobil dibakar dan beberapa fasilitas umum dirusak para metal militia yang kecewa berat karena kehabisan tiket dan tidak bisa masuk. Akibat riot act itu keluar keputusan fatal ; pemerintah melarang setiap konser dari grup rock mancanegara untuk waktu yang tidak ditentukan. Solusi yang tidak menyelesaikan masalah dan cenderung represif. Ibarat membalas lemparan telur busuk dengan tomat yang busuk pula. Kerusuhan itu terjadi tentu bukan karena musisinya, tapi jelas lebih karena anarkisme massa yang belum dewasa. Tapi apa sih yang tidak dilarang di jaman orde baru?!

Teringat cerita seorang kawan yang kakaknya menjadi saksi hidup pentas si raja metal ini. Penonton yang berjumlah total 44 ribu orang, hampir sepanjang konser berayun kepala serta koor bareng tanpa harus dikomando sebelumnya. Sampai merinding membayangkannya...

Now I lay me down to sleep
pray the lord my soul to keep
if I die before I wake
pray the lord my soul to take

Hush little baby don't say a word
and never mind that noise you heard
It's just the beasts under your bed
in your closet, in your head

Exit... liight
enteer... niiight...

Sampai sekarang saya masih menyesali kenapa saya masih sangat kecil untuk menonton sebuah konser metal - dan venue-nya jauh dari rumah pula - ketika itu.

Sebenarnya beberapa tahun lalu Metallica sempat menjadwalkan konser di tanah air. Tapi batal gara-gara pemerintah AS memberlakukan travel warning buat warganya yang ingin ke Indonesia. Lagi-lagi saya hanya bisa mengutuk sang biang kerok, para pelaku pengeboman di Bali dan Kuningan itu.

Pengen banget mendengar langsung sapaan khas sang frontman, "Are you still alive?"
Hell yeah, sure! How 'bout yourself, dare to blow my country again?!?!...

[various-metalikatz]
Foto dok Yuda96, Farry, Jati & Netz.

Sebenarnya agak susah mencari arsip dan dokumentasi tentang konser ini. Beruntung kami dibantu oleh mister Gugel akhirnya bisa menemukan beberapa tulisan dan foto yang tercecer di sejumlah blog pribadi. Thanks & long live the bloggers!...

Kerusuhan konser Metallica bisa disimak pada trailer film dokumenter 'Global Metal' karya Sam Dunn - lengkap dengan kobaran api yang menyala hebat dari mobil-mobil dan bangunan yang berada di luar stadion Lebak Bulus Jakarta!..

di mutasi dari internet

0 komentar: